Pages

 

Wednesday, 27 May 2020

MODEL MATEMATIS SISTEM KENDALI : Transformasi Laplace Bag.1

0 comments
Hallo teman-teman, apakabar hari ini? semoga baik-baik saja. Bagaimana kondisi kalian setelah kurang lebih 1,5 bulan berada didalam rumah?. Semoga kesehatan mental kalian masih tetap baik :) :). Kondisi saat ini memang mengharuskan kitan untuk melakukan semua kegiatan #dirumahaja mulai dari bekerja, sekolah, kuliah dan kegiatan lainnya. Walaupun begitu jangan lupa untuk tetap menjaga kesehatan kalian, tetap makan makanan yang bergizi dan minum air putih yang banyak agar tubuh tetap sehat. Jangan lupa juga disertai dengan olahraga ringan agar badan tetap bugar. Semoga Kalian semua selalu berada dalam lindungan Tuhan. Amin~. 
================================================================================

Pada postingan ini admin akan melanjutkan materi tentang SISTEM KENDALI DALAM TENAGA LISTRIK. Seperti biasa sebelum kalian mempelajari materi ini admin sarankan untuk membaca terlebih dahulu postingan mimin mengenai sistem kendali pada materi sebelumnya (Bag.1 dan Bag.2.) Tetapi tidak ada masalah jika kaian memang sudah paham mengenai dasar sistem kendali sehingga bisa mempelajari materi ini langsung :).


Masih ingat apa saja komponen dalam sistem kontrol? Yup..., Eror Detektor, Kontroler, Akuator, Sensor dan Tranduser.


Semua komponen dalam sistem kendali direpresentasikan dengan rangkaian diagram blok. Dalam suatu sistem yang lebih kompleks diperlukan suatu model matematis untuk merepresentasikan sebuah sistem tersebut dan menyederhanakan rangkaian dalam sebuah metode yang disebut dengan reduksi diagram blok.Dalam membuat suatu model matematika persamaan sistem fisik kita dapat menggunakan dua metode yaitu, fungsi transfer dalam domain frekuensi (transfer function in the frequency domain) dan persamaan kestabilan dalam domain waktu (state equiation in the time domain). Dalam hal ini kita sepakat bahwa langkah pertama dalam membuat pemodelan matematika sistem kendali menggunakan hukum dasar fisika. Sebagai contoh dalam rangkaian listrik kita menggunakan hukum Law dan Kirchhoff dalam menentukan hubungan antara input dan output dari suatu sistem.

Sebelum masuk terlalu jauh dalam materi model matematis sistem kendali, mari kita terlebih dahulu membahas mengenai Transformasi Laplace. Secara sederhana transformasi laplace merupakan suatu alat untuk menyederhanakan suatu persamaan difrensial dalam matematika. Transformasi laplace mengonversi persamaan diffrensial (dalam domain waktu {t} ) kedalam persamaan aljabar dalam domain s. Secara matematis transformasi laplace didefinisikan sebagai berikut :



Transformasi Laplace dapat digunakan jika f(t) bernilai real dan kontinu sepanjang interval waktu. dengan f(t) = 0 untuk t<0. VAriabel s merupakan variabel komplek dengan nilai 

Invers dari transformas laplace adalah sebagai berikut :



dimana,


Fungsi u(t) erupakan fungsi step yang berarti u(t) akan bernilai 0 jika nilai t kurang dari 0 dan u(t) bernilai 1 jika t lebih dari 1.

Untuk lebih mudah mengerti mengenai transformasi laplace mari kita bahas mengenai konsep dasar. Berdasarkan notasi dasar pada transformasi laplace yang sudah dijelaskan diatas, misalkan kita sepakat bahwa f(t) = k. Jika dituliskan menjadi sebagai berikut :



Misalkan f(t) = k ; dimana k adalah konstanata {..,-1,0,1,2,..}
Maka : 


Kita sepakat bahwa : -s(∞)= -∞ dan -s(0)=0

Kita positifkan e(-∞)

Disini kita sebapak bahwa 1 sangatlah kecil ya teman-teman sehingga dapat dikatakan sama dengan 0.

Jadi dapat disimpulkan Transformasi Laplace dari k adalah ks.Jadi misalkan k = 5 makan Transformasi Laplace dari 5 adalah -5s seperti itu ya teman-teman. Samapai sini sepakat kan teman-teman? 😊. Kalau begitu kita lanjutt ke contoh selanjutnya.
Misal : f(t) = eat
Maka :

Jadi dapat disimpulkan Transformasi Laplace dari eat adalah 1(s-a).Jadi misalkan eat = e-2t maka Transformasi Laplacenya dalah 1/(s+2).

Dengan cara yang sama maka dapat kita tuliskan transformasi laplace dari variable atau persamaan seperti pada tabel berikut ini.
F(t) F(s)
δ(t) 1
δ(t) 1
u(t) 1/s
tu(t) 1/s2
tnu(t) n!/sn+1
e-atu(t) 1/s+a
Sinωt u(t) ω/(s2+ ω2)
Cosωt u(t) s/(s2+ ω2)
Read more...

SITEMAP

Read more...

Wednesday, 13 May 2020

KOMPONEN DALAM SISTEM KONTROL

0 comments
Hallo sahabat seperjuangan, apakabar hari ini? semoga baik-baik saja. Admin kali ini sedang sering-seringnya upload karena, saat ini kondisi sedang #dirumahaja, pademi covid-19 sedang mewabah. Semoga kalian semua baik-baik saja dan selalu dalam lindungan tuhan. 
================================================================================
Pada postingan kali ini admin akan membahas mengenai sistem kendali dalam ilmu tenaga listrik. Setelah mengenal istilah-istilah dalam sistem kendali, kita melangkah ke materi selanjutnya yaitu komponen dalam sistem kontrol. Sebelum mempelajari materi ini, ada baiknya kalian mempelajari materi sebelumnya mengenai Istilah-Istilah Dalam Sistem Kontrol.

"Sistem kendali adalah suatu sistem yang keluaran sistemnya dikendalikan pada suatu nilai tertentu atau untuk mengubah beberapa ketentuan yang telah ditetapkan oleh masukan ke sistem."

Output dari sistem kendali sangat dipengearuhi oleh komponen-komponen didalam suatu sistem kendali tersebut. Komponen dalam sistem kendali ini berfungsi untuk melakukan kontrol terhadap suatu sistem agar mendapatkan hasil yang diinginkan. Berikut merupakan komponen-komponen penting dalam sistem kendali adalah sebagai berikut :

  1. EROR DETEKTOR
    Error detektor merupakan salah satu komponen sistem kontrol yang sangat penting. Dalam sistem kontrol khususnya sistem kontrol loop tertutup atau sistem kontrol umpanbalik, eror detektor digunakan untuk membandingkan sinyal keluaran sebenarnya atau sinyal keluaran terukur dengan sinyal masukan acuan (setpoint). Kedudukan eror detektor dalam sistem kontrol dapat dilihat pada blok diagram berikut ini :

    Simbol untuk menyatakan sebuah eror detektor adalah sebagai berikut :
  2. atau


    Dimana :
    E : Sinyal kesalahan (eror)
    R : Sinyal masukan acuan (setpoint)
    C* : Sinyal Keluaran Terukur

    Rangkaian eror detektor dapat diklasifikasikan menjadi rangkaian analog dan digital. Rangkaian eror detektor secara analog dapat berupa rangkaian elektronik dan rangkaian mekanik. Rangkaian elektronik dari suatu detektor pada umumnya diimplementasikan dalam bentuk rangkaian amplifier.

  3. KONTROLER
  4. Kontroler merupakan salah satu komponen sistem kontrol yang berfungsi mengolah sinyal umpan balik dan sinyal masukan acuan (setpoint) atau sinyal eror mejadi sinyal kontrol. Sinyal eror disini adalah selisih antara sinyal umpan balik yang dapat berupa sinyal keluaran plant sebenarnya atau sinyal keluaran terukur dengan sinyal masukan acuan (setpoint). Kebanyakan masukan kontroler adalah sinyal eror dan keluaran kontroler disebut sinyal kontrol.
    Letak kontroler dalam sistem kontrol khususnya sistem kontrol loop tertutup dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan desain, yaitu :
    1. Kontroler terletak pada lintasan umpan maju (feedforward), seperti pada diagram blok berikut ini :
    2. Kontroler terletak pada lintasan umpan balik (feedback), seperti pada diagram blok berikut ini :

    3. Kontroler diletakkan seri dengan loop tertutup (model reference controller), sepertipada diagram blok berikut ini:

    4. Kontroler terletak pada lintasan umpan maju (feedforward), lintasan umpan balik ()feeback dan diletakkan seri dengan loop tertutup. Dalam hal ini kontroler disebut sebagai model following controller. Hal ini dapat kita lihat seperti pada diagram blok berikut ini :

    Kontroler dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa sudut pandang tertentu. Berdasarkan aksi kontrolnya, kontroler dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


    Kontroler on/of marupakan kontroler yang aksi kontrolnya hanya mempunyai dua nilai tertentu, yaitu :
    u(t) = U1 untuk e(t) > 0
    u(t) = U2 untuk e(t) < 0

    Diagram blok kontroler on/off adalah sebagai berikut :
    Berikut merupakan contoh kontroler on/off :
    Tinjau sistem kontrol level air pada tangki .
    Katup elektromagnet digunakan untuk mengontrol laju aliran masuk. Katub ini bisa dalam posisi terbuka atau tertutup. Dengan sistem kontrol dua posisi ini, laju aliran masuk dapat positif, tetap atau nol.
    Berdasarkan fungsinya, kontroler dapat diklasifikasikan sebagai berikut.


    Berdasarkan priodenya, kontroler dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

    Berdasarkan sumber daya (energi) dan tipe komponen yang digunakan kontroler dapat diklasifikasikan menjadi :.
    1. Kontroler Elektrik
    2. Contoh dari kontroler elektrik ini adalah kontroler proporsional elektrik (amplifier).

    3. Kontroler Mekanik
    4. Salah satu contoh dari kontroler mekanik adalah James Watt Flyball Govenor.

    5. Kontroler Hidrolik
    6. Salah satu contoh dari kontroler hidrolik adalah kontroler proporsional hidrolik.

    7. Kontrol Penumatik
    8. Berikut merupakan contoh diagram skematik kontroler proporsional penumatik.

  5. AKUATOR
    Aktuator merupakan komponen penguat dan pengkonversi daya yang berfungsi untuk menguatkan sinyal kontrol yang berasal dari kontroler menjadi sinyal baru dengan daya yang besar dan sesuai dengan daya yang dibutuhkan oleh plant.
    Letak aktuator dalam sistem kontrol dapat dilihat pada blok diagram sistem kontrol loop tertutup berikut ini :

    Berdasarkan daya yang dihasilkan, aktuator dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

    1. Aktuator Elektrik : Selenoid, KOnverter DC to DC (DC chopper), inverter.
    2. Aktuator Mekanik : motor DC
    3. Aktuator Pneumatik : Biasanya dilengkapi dengan valve kontrol, contohnya direct pneumatic actuator.
    4. Aktuator Hidrolik

  6. SENSOR DAN TRANDUSER
    Tranduser merupakan perangkat fisik yang digunakan untuk mentransformasikan suatu sinyal dari bentuk energi yang satu menjadi bentuk energi yang lain atau dari besaran fisik yang satu menjadi besaran fisik yang lain. Pada umumnya keluaran tranduser adalah sinyal listrik yang dapat berupa arus, tegangan, resistansi, kapasitansi atau frekuensi. Pada dasarnya sensor juga merupakan tranduser, yang membedakan antara sensor dengan trnduser adalah aplikasi dan penggunaannya.
    Tranduser merupakan salah satu komponen dalam sistem kontrol khususnya sistem kontrol loop tertutup. Letak tranduser atau sensor dalam sistem kontrol dapat dilihat pada blok diagram sistem kontrol loop tertutup berikut ini:

    Pada sistem kontrol loop tertutup, sensor atau tranduser mengubah bentuk energi sinyal keluaran dari plant menjadi sama dengan bentuk energi sinyal masukan acuan (setpoin). Respon tranduser atau sensor terhadap sinyal masukan bisa berupa sistem orde pertama atau orde kedua.
    Performansi dari suatu tranduser atau sensor dinyatakan dalam 2 spesifikasi yaitu spesifikasi teknis dan spesifikasi dinamik. Spesifikasi teknis menyatakan seberapa baik korelasi antara masukan dan keluaran tranduser atau sensor. Spesifikasi teknis terdiri dari :
    1. Akurasi : akurasi digunakan untuk menentukan eror maksimum yang diharapkan dari suatu tranduser atau sensor (dalam % eror)
    2. Sensitifitas : sensitifitas menunjukkan kemampuan tranduser atau sensor dapat memberikan keluaran terhadap perubahan masukan yang kecil.
    3. Resolusi : resolusi menyatakan perubahan masukan terkecil yang menyebabkan perubahan pada keluaran transduser atau sensor.
    4. Hysterisis : hysterysis menunjukkan nilai keluaran yang berbeda terhadap pengukuran nilai variabel masukan dari rendah ke tinggi dan sebaliknya.
    5. Repeatability repeatability merupakan seberapa baik tranduser atau sensor memberikan keluaran yang sama terhadap suatu masukan yang diberikan secara berulang-ulang.

    Spesifikasi dinamik menyatakan seberapa cepat perubahan keluaran yang terjadi terhadap perubahan masukan. Spesifikasi dinamik terdiri dari :
    1. Rise Time
    2. Time Konstan
    3. Dead Time
    4. Respon Frekuensi
    5. Parameter orde kedua seperti rasio pertama, frekuensi natural, setting time, dan masksimum overshoot

    Berdasarkan bentuk energi besaran dari sinyal masukan, tranduser atau sensor dalam sistem kontrol pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi :
    1. Tranduser atau sensor mekanik
      Termasuk sensor perpindahan, lokasi atau posisi, sensor level, dan sensor gerakan (kecepatan). Tranduser mekanik banyak digunakan pada sistem servomekanik
    2. Tranduser atau sensor temperatur
      Tranduser atau sensor temperatur banyak digunakan pada sistem kontrol proses.

=============================================================================
 Catatan Editor :
            Okeh, sekian materi dari editor semoga berguna bagi teman-teman semua dan jangan lupa share postingan ini keteman kalian. Tinggalkan Komentar pada kolom dibawah jika ada yang perlu ditanyakan. 
            Untuk meambahkan emoji pada kolom komentar dapat mengetik "emot0, emot1, dll" tanpa tanda kutip. Untuk mengetahui jenis emot yang dipakai, tinggal arahkan kursor ke tepat list emoji diatas kolom komentar.  Terimakasih~

=============================================================================
Daftar Pustaka yang admin gunakan sebagai referensi :
  1. Buku Ajar Sistem Kontrol (Jilid I) - Mohamad Agung Prawira Negara
Read more...

Monday, 4 May 2020

SISTEM KENDALI : ISTILAH - ISTILAH dan PENDAHULUAN

0 comments
Hallo sahabat seperjuangan, apakabar hari ini? semoga baik-baik saja. Setelah beberapa bulan tidak pernah update kali ini admin akan membahas mengenai Sistem kendali dalam tenaga listrik. Okehh,, tanpa berlama-lama langsung saja simak pembahasan dibawah ini.
================================================================================
Pada postingan kali ini admin akan membahas mengenai sistem kendali dalam ilu tenaga listrik. Semelum melangkah lebih jauh mengenai sistem kendalai, akan lebih baik mengenal istilah-istilah dalam sistem kendali terlebih dahulu. Hal ini bertujuan mempermudah dalam mempelajari materi ini.
  1. Sistem : sistem merupakan kumpulan komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu
  2. Proses : proses adalah nama lain dari sistem. Proses dapat dikatakan suatu operasi yang berlangsung secara kontinyu yang ditandai oleh suatu deretan perubahan kecil yang berututan dengan cara yang reltif tetap dan menuju ke suatu hasil atau keadaan akhir tertentu. Setiap operasi yang dikontrol disebut proses.
  3. Plant : plant adalah seperangkat peralatan yang hanya terdiri dari beberapa bagian mesin yang bekerja bersama-sama, yang digunakan untuk melakukan suatu operasi tertentu.
  4. Variabel : variabel adalah suatu besaran yang nilainya dapat berubah-ubah. Variabel dapat diklasifikasikan menjadi 3 komponen yaitu :
    • Masukan merupakan variabel yang menyebabkan atau menghasilkan keluaran.
    • Keluaran merupakan variabel yang merupakan hasil atau respon nyata dari sistem kontrol.
    • Parameter merupakan variabel yang tertentu dan konstan berkaitan dengan batasan fisik dari sistem.
  5. Selain itu variabel juga dapat diklasifikasikan menjadi :
    • Variabel yang dimanipulasi : variabel atau keadaan yang diubah oleh kontroler untuk mempengaruhi nilai variabel yang dikontrol. Singkatnya variabel ini adalah suatu masukan yang dapat kita atur.
    • Variabel yang dikontrol : besaran atau keadaan yang diukur dan dikontrol.
    • Variabel exogenous : masukan yang berasal dari luar sistem dan tidak dapat diubah oleh kontroler
    Klasifikasi variabel ini dapat dinyatakan dalam diagram blok berikut :
    dimana
    d : variabel exogenous
    u : variabel yang dimanipulasi
    y : variabel yang dikontrol

  6. Sistem Kontrol : Kontrol atau pengaturan adalah upaya yang dilakukan untuk menjaga/mencapai kondisi yang diinginkan pada sistem fisik dengan mengubah-ubah variabel tertentu yang dipilih. Sistem kontrol merupakan sistem yang komponen-komponenya telah dikonfigurasi untuk menghasilkan karakteristik sistem yang diinginkan. Teknik sistem kontrol merupakan pengembangan konfigurasi komponen-komponen yang tepat untuk mencapai objek performasi
  7. Kontroler : kontroler ddalam sistem kontro yang menghasilkan sinyal kontrol. Dalam sistem kontrol khususnya sistem kontrol loop tertutup, kontroler akan membandingkan setpoint dengan variabel keluaran, menghitung beberapa banyak koreksi yang dilakukan, dan mengeluarkan sinyal koreksi sesuai dengan perhitungan.
  8. Sistem Kontrol Umpanbalik : sistem yang cenderung mempertahankan suatu hubungan yang telah ditentukan antara keluaran sistem dan masukan acuan (setpoint) dengan membandingkan keduanya dan menggunakan perbedaannya sebagai sinyal kontrol. Pada sistem kontrol umpan balik, keluaran sistem berpengaruh terhadap aksi pengaturan.
    Contoh : sistem kontrol temperatur pada oven listrik.
  9. Temperatur di dalam oven listrik diukur oleh sensor temperatur, yang merupakan alat analog. Temperatur analog dikonversi menjadi temperatur digital oleh konverter A/D. Temperatur digital tersebut dimasukkan ke kontroler melalui sebuah anatarmuka. Temperatur digital ini dibandingkan dengan temperatur masukan yang diprogram, dan jika terdapat kesalahan, kontroler mengirim sinyal ke pemanas, melalui sebuah antarmuka, penguat, dan relai untuk membawa temperatur oven listrik ke nilai yang dikehendaki.
  10. Sistem Kontrol Sekuensial : Sistem kontrol sekuensial adalah sistem yang melakukan operasi secara otomatis step by step yang bekerja sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.
    Kontrol sekuensial dapat dibagi menjadi 3 katagori sebagai berikut :
    .
    1. Sistem melakukan urutan berikutnya jika kondisi yang ditentukan sebelumnya terpenuhi (conditional control)
    2. SIstem melaksanakan urutan berikutnya jika telah mencapai waktu yang telah ditentukan (time schedule control)
    3. Sistem dimana waktu pelaksanaan atau interval waktu tidak penting, hanya urutan operasi yang telah ditetapkan yang dipentingkan (executive control).
    Contoh sistem kontrol sekuensial : sistem kontrol pada lampu lalu lintas, konveyor, lift, mesin cuci dan lainnya.
  11. Sistem Kontrol Proses : Sistem kontrol proses merupakan sistem kontrol otomatis dimana keluarannya adalah suatu variabel seperti temperatur, tekanan,aliran, level cairan atau pH. Kontrol proses secara luas digunakan di industri.
    Contoh sistem kontrol proses adalah :
    1. Pengaturan temperatur pada oven listrik
    2. Pengaturan level air pada tandon air, dan lain-lain
  12. Servomekanik : Servomekanik merupakan sistem kontrol umpanbalik dimana keluarannya adalah variabel berupa posisi, kecepatan, atau percepatan.
  13. Contoh servomekanik :
    1. Sistem kontrol lengan robot, dimana lengan robot harus mengikuti jalan tertentu di ruangan yang telah ditentukan.
    2. Sistem pendaratan otomatis pesawat udara, dimana pesawat udara harus mengikuti jalan di angkasa yang telah ditentukan, dan lain-lain.
Selanjutnya kita akan membahas mengenai dasar dari sistem kendali. Dasar sistem kendali dikategorigan menjadi dua sistem, sistem kontrol loop terbuka dan sistem kontrol loop tertutup.

  1. SISTEM KONTROL LOOP TERBUKA
  2. Sistem kontrol loop terbuka merupakan suatu sistem kontrol yang keluarannya tidak mempunyai pengaruh terhadap aksi kontrol. Pada sistem kontrol loop terbuka tidak terdapat jaringan umpan balik. Dengan kata lain, sistem kontrol loop terbuka keluarannya tidak dapat digunakan sebagai perbandingan umpan balik dengan masukan.
    Representasi diagram blok sederhana dari sistem kontrol loop terbuka adalah sebagai berikut :
    Berdasarkan diagram bloknya, dapat kita ketahui bahwa pada sistem kontrol loop terbuka keluaran sistem tidak mempengaruhi masukan ke plant.
    Contoh sistem kontrol loop terbuka :
    Sistem kontrol nyala api pada kompor gas
    Besar kecilnya nyala api pada kompor gas tergantung pada tinggi rendahnya tekan gas Ps yang diatur melalui valve input. Sehingga pada kontrol nyala api kompor gas, output nyala api open loop terhadap valve input.

    DIbanding dengan sistem kontrol loop tertutup, kelebihan sistem kontrol loop terbuka adalah :

    • Konstruksi sederhana
    • Tidak memerlukan banyak komponen sehingga pemeliharaan lebih murah
    • Tidak ada persoalan stabilitas
    • Cocok apabila keuaran sulit diukur atau secara ekonomis tidak fisibel.
    Sedangkan kekurangan sistem kontrol loop terbuka adalah:
    • Keluaran sistem mungkin berbeda terhadap apa yang diinginkan
    • Rekalibrasi harus dilakukan dari waktu ke waktu
    • Dapat digunakan hanya jika hubungan antara masukan dan keluaran diketahui
    • Dapat digunakan hanya jika tidak terdapat gangguan internal maupun eksternal

  3. SISTEM KONTROL LOOP TERTUTUP
  4. Sistem kontrol loop tertutup merupakan sistem kontrol dimana sinyal keluaran mempunyai pengaruh langsung terhadap sinyal kontrol (aksi kontrol). Pada sistem kontrol loop tertutup terdapat jaringan umpanbalik (feedback) karenanya sistem kontrol loop tertutup seringkali disebut sebagai sistem kontrol umpanbalik. Praktisnya, istilah kontrol loop tertutup dan sistem kontrol umpanbalik dapat saling dipertukarkan penggunaannya. Representasi diagram blok dari sistem kontrol loop tertutup adalah sebagai berikut :
    Pada sistem kontrol loop tertutup, sinyal keluaran dari plant atau sinyal keluaranterukur dari elemen ukur (biasanya sensor atau tranduser) diumpanbalikkan untuk dibandingkan dengan setpoint. Perbedaan antara sinyal keluaran dan setpoint yaitu sinyal kesalahan atau error, disajikan ke kontroler sedemikian rupa untuk mengurangi kesalahan dan membawa keluaran sistem ke nilai yang dikehendaki. Jadi, pada sistem kontrol loop tertutup keluaran sistem digunakan untuk menentukan sinyal masukan ke plant.
    Contoh sistem kontrol loop tertutup :
    Sistem Kontrol Kecepatan Govenor
    Perinsip kerja dari sistem kontrol kecepatan govenor adalah sebagai berikut :

    • Kecepatan governor disetel sesuai dengan kecepatan yang diinginkan dan tidak terdapat tekanan minyak yang masuk dalam sisi silinder.
    • Jika kecepatan mesin yang sebenarnya turun di bawah harga yang diinginkan, maka gaya sentrifugal dari governor kecepatan mengecil, menyebabkan katup pengontrol (katup pilot) bergerak ke bawah, mencatu bahan bakar yang lebih banyak sehingga kecepatan mesin membesar sampai dicapai harga yang diinginkan.
    • Sebaliknya, jika kecepatan mesin melebihi nilai yang diinginkan, maka gaya sentrifugal dari governor kecepatan membesar, menyebabkan katup pengontrol (katup pilot) bergerak ke atas. Hal ini akan memperkecil catu bahan bakar sehingga kecepatan mesin mengecil sampai dicapai nilai yang diinginkan.
    Diagram skematik dari sistem kontrol kecepatan govenor adalah sebagai berikut.

    Dibandingkan dengan sistem kontrol loop terbuka, kelebihan kontrol loop tertutup adalah :
    • Dapat mengatasi ketidakpastian pengetahuan akan plant dan perubahan kelakuan atau karakteristik plant
    • Nonlinearitas komponen tidak terlalu mengganggu
    • Ketelitian (accuracy) terjaga
    Sedangkan kekurangan sistem kontrol loop tertutup adalah :
    • Perlengkapan lebih komplek dan lebih mahal dibandingkan dengan kontrol loop terbuka
    • Instalasi perawatannya lebih sulit
    • Kecendrungan ke arah osilasi

=============================================================================
 Catatan Editor :
            Okeh, sekian materi dari editor semoga berguna bagi teman-teman semua dan jangan lupa share postingan ini keteman kalian. Tinggalkan Komentar pada kolom dibawah jika ada yang perlu ditanyakan. 
            Untuk meambahkan emoji pada kolom komentar dapat mengetik "emot0, emot1, dll" tanpa tanda kutip. Untuk mengetahui jenis emot yang dipakai, tinggal arahkan kursor ke tepat list emoji diatas kolom komentar.  Terimakasih~

=============================================================================
Daftar Pustaka yang admin gunakan sebagai referensi :
  1. Buku Ajar Sistem Kontrol (Jilid I) - Mohamad Agung Prawira Negara
Read more...

Monday, 27 April 2020

BIOMASSA adalah Alternatif Energi untuk Pedesaan (Part 2)

0 comments
Hallo sahabat seperjuangan, apakabar hari ini? semoga baik-baik saja. Setelah beberapa bulan tidak pernah update kali ini admin akan membahas mengenai biomassa sebagai alternatif energi listrik untuk menerangi pedesaan part 2. Jika ingin melihat pembahasan bagian pertama bisa klik link iniOkehh,, tanpa berlama-lama langsung saja simak pembahasan dibawah ini.
================================================================================

Pada Postingan ini akan membahas mengenai perancangan pembangkitan energi listrik tenaga Biomassa. Perancangan ini hanyalah dalam ruang lingkup yang sederhana (tidak kompleks).

Contoh Studi kasus Sederhana :

Misalkan disuatu desa A terdapat kelompok ternak sapi memiliki anggota sekitar 32 orang. Dimana setiap orang memlihara sekitar 1 sampai 3 ekor sapi, dengan asumsi setiap ekor sapi menghasilkan massa kotoran sekitar 5 Kg/hari.

Biomassa adalah kesuluruhan materi dari mahlukhidup yang memiliki potensi sebagai sumber energi terbarukan. Lantas perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa berdasarkan kasus diatas?


E. Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa
Energi biomasa dari kotoran hewan lebih dikenal sebagai energi biogas. Prinsip kimia yang berhubungan dengan pembentukan biogas adalah prinsip terjadinya fermentasi dari karbohidrat, lemak dan protein dan bakteri metan. Bila tidak dicampur dengan udara, satu gram bahan selulosa menghasilkan 825 cm3 gas bertekanan atmosferik yang terdiri dari 68 % CH4 dan 32 % CO2. Kotoran sapi merupakan kotoran yang paling efisien digunakan sebagai penghasil biogas karena setiap 10-20 kg kotoran perhari dapat menghasilkan 2 m3 biogas. Dimana energi yang terkandung dalam 1 m3 biogas sebesar 4,7 kWh atau dapat memenuhi kebutuhan memasak bagi satu keluarga (4-5 orang) selama 3 jam. Sebagai gambaran 1 m3 biogas dapat digunakan untuk menyalakan lampu 60 Watt selama 7 jam . Hal ini berarti 1 m3 biogas menghasilkan energi = 60 W x 7 jam = 420 Wh = 0.42 kWh, ini membuktikan tenaga biogas sangat efektif dalam pembangkit listrik ramah lingkungan.
Berdasarkan sumber yang telah dirujuk, komponen kimia yang terdapat pada 1m3 biogas adalah sebagai berikut


Proses produksi biogas dari bahan organik dibantu dengan bantuan bakteri pengurai. Proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan oksigen disebut anaerobik digestion gas yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 % ) berupa metana. Material organik yang terkumpul pada digester (reaktor) akan diuraiakan menjadi dua tahap dengan bantuan dua jenis bakteri. Tahap pertama material orgranik akan didegradasi menjadi asam asam lemah dengan bantuan bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan sampah pada tingkat hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana. Sedangkan asifdifikasi yaitu pembentukan asam dari senyawa sederhana. Setelah material organik berubah menjadi asam asam, maka tahap kedua dari proses anaerobik digestion adalah pembentukan gas metana dengan bantuan bakteri pembentuk metana seperti methanococus, methanosarcina, methano bacterium. Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen yang kandungannya sangat kecil. Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana semakin kecil nilai kalor. Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa parameter yaitu : Menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan karbon dioksida (CO2).
Perencanaan pembangkit listrik tenaga biomasa di kelompok ternak sapi desa A dapat dilihat seperti gambar dibawah ini


Berdasarkan gambar 3.1 perencanaan PLT Biogas di kelompok ternak desa A menggunagan digester bertipe fixed dome. Fixed dome plant memiliki bentuk separuh mangkuk dengan rangka berbentuk lingkaran yang tertanam didalam tanah senhingga tidak memerlukan ruang (diatas permukaan tanah) yang terlalu besar. Dinding digester tipe fixed dome plant dibuat dari batu bata yang dilapisi dengan adonan semen, pasir dan kerikil (1:2:4) dengan ketebalan 1 cm. Kemudian dinding digester dilapisi lagi dengan plesteran adonan semen dan pasir (1:4) dengan ketebalan 2 cm. Perlu diketahui bahwa batu bata yang dipergunakan mempunyai ukuran 23 x 11 x 5.5 cm. Sehingga dinding digester mempunyai ketebalan = 5.5 + 2 + 1 = 8.5 cm. Sebelum pembuatan instalasi biogas, maka harus ditentukan kapsitas fixed dome plant yang akan dibuat dengan menggunakan persamaan berikut


Selain Hal diatas ada beberapa syarat yang harus diperhitungkan dalam membangun digester adalah sebagai berikut
  1. Digester yang akan dibangun harus terletak di tempat yang terkena sinar matahari secara langsung.
  2. Dekat dengan sumber bahan baku yaitu faeces, jadi sebaiknya dekat dengan kandang ternak.
  3. Dekat dengan sumber air dan persediaan yang cukup untuk bahan pengencer kotoran ternak.
  4. Harus ada pencampuran secara rutin, sehingga bakteri berinteraksi dengan kotoran.
  5. Instalasi biogas yang dibangun harus mempunyai keadaan optimum sebagai berikut :
    1. Tidak ada oksigen atau keadaan anaerobic.
    2. Temperature 85oF - 95o
F (29oC - 35oC)
  • pH 6.8 – 7.2
  • Tidak ada racun dalam kotoran.

  • Bagaimana prinsip kerja dari Pembangkil Listrik Tenaga Biogas (PLT-Bio) tersebut?


    Gambar di atas merupakan prinsip kerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Biomasa (PLT Biogas).Secara sederhana prinsip kerja dari PLT Biogas dibagi 3 bagian yaitu, tempatpenampungan kotoran kasar pertama, yang berfungsi sebagai tempat melarutkan kotoran sapi dengan air. Bagian kedua yaitu tangki fermentasi atau sering disebut dengan digester, yaitu tempat proses fermentasi anaerob dari kotoran sapi dengan bantuan bakteri sehingga menghasilkan gas metana sebagai sumber energi yang dapat digunakan sebagai pembangkit listrik. Bagian Ketiga adalah tangki penampungann zat sisa yang telah melalui proses fermentasi, dimana dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk organik. Penjelasan mengenai prinsip kerja dari PLT Biogas lebih jelas adalah sebagi berikut.
    1. Kotoran hewan dimasukkan dalam tangki pertama lalu diisikan air agar kotoran sapi menjadi larut dan lebih mudah nantinya proses penguraian oleh bakteri pada digester. Perbandingan dantara besar volume kotoran dan volume air adalah sekitar 2:3.
    2. Setelah melalui proses pencairan, kotoran terseput memasuki tangki fermentasi atau digester, pada digester ini terjadi proses anaerobic digestion. Pada proses anaerobic digestion adalah proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri tertentu dalam keadaan tidak ada oksigen. Bakteri pengurai tersebut hidup dalam suasana tidak ada oksigen bebas, jadi pada tangki diharapkan tertutup rapat dan tidak ada celah udara keluar masuk tangki. Proses fermentasi oleh bakteri ini secara anaerobic berkisar sekitar 7-10 hari. Setelah kotoran terurai oleh mikroba pengurai maka akan menghasilkan gas dan kemudian untuk proses selanjutnya gas tersebut dapat digunakan sebagi sumber energi pembangkit listrik .Pada digester ini juga dilengkapi dengan alat bernama manometer. Manometer sendiri merupakan alat ukur tekanan udara dalam ruang tertutup.
    3. Setelah gas metana (CH4) terbentuk, gas ini akan menempati ruang setengah bola pada tangki fixed dome. Setelah itu gas metana ini akan disalurkan ke penampungan biogas melalui saluran pipa. Dari penampungan biogas ini gas metana yang terbentuk dapat dimanfaatkan sebagi sumber energi, baik sebagai pembangkit listrik ataupun pemanas.
    4. Kotoran residu yang telah melewati gigester dialirkan ke tangki residu dan dapat dimanfaatkan lagi sebagai pupuk organik.
    Biasanya pada proses fermentasi yang berlangsung pada digester, tangki digester yang digunakan dilengkapi dengan pengaduk mekanik. Ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kerak pada didinding tangki yang dikarenakan kotoran yang menumpuk.
    F. Perkiraan Besar Energi Listrik yang Dapat Dibangkitkan
    Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis pada kelompok ternak sapi di Desa A bahwa kelompok ternak sapi memiliki anggota sekitar 32 orang. Dimana setiap orang memlihara sekitar 1 sampai 3 ekor sapi, dengan asumsi setiap ekor sapi menghasilkan massa kotoran sekitar 5 Kg/hari. Sehingga total massa kotoran sapi per hari dapat dilihat sebagai berikut.


    Berdasarkan data pada tabel diatas maka dapat diperkirakan besar tangki digenser yang dapat dibangun berdasarkan persamaan I dan II


    Berdasarkan data diatas maka dapat diperkirakan produksi biogas yang dapat dihasilkan per hari dengan persamaan berikut


    Sehingga besar potensi biogas yang dapat dihasilkan berdasarkan data jumlah kotoran sapi perhari adalah :


    Besar potensi gas metana yang dapat dihasilkan, dihitung menggunakan persamaan berikut


    Besar potensi energi yang dapat dihasilkan dapat dihitung dengan persamaan berikut :


    Berdasarkan hasil diatas bahwa energi yang dihasilkan 225 kg kotoran sapi perhari dapat menghasilkan potensi energi listrik sebesar 4,48 kWh/ hari atau 0,186 kWh/jam. Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.


    Berdasarkan tabel diatas potensi energi listrik yang dapat dibangkitkan jika dibangun PLT Biogas kelompok ternak sapi di Desa A diperkirakan sebesar 4,48kWh/hari
    Jika kita menghubungkan output biogas dengan generator (genset biogas 600 watt CC700-MG) dengan spesifikasi sebagai berikut.


    Berdasarkan data pada gambar diatas generator tersebut mengkonsumsi bahan bakan biogas sebesar 0,84m3 per jam agar generator dapat bekerja. Pada tabel 3.3 dapat dilihat bahwa potensi gas metana yang dapat dibangkitkan adalah sebesar 4,898 m3/hari atau sama dengan 0,2m3/jam artinya memerlukan waktu sekitar 4 jam untuk dapat mengoprasikan generator selama 1 jam. Oleh karena itu dibutuhkan tangki/penampung gas metana yang bervolume besar terlebih dahulu sebelum gas tersebut dialirkan ke generator.
    Read more...

    Friday, 17 April 2020

    BIOMASSA adalah Alternatif Energi untuk Pedesaan (Part 1)

    1 comments
     Hallo sahabat seperjuangan, apakabar hari ini? semoga baik-baik saja. Setelah beberapa bulan tidak pernah update kali ini admin akan membahas mengenai biomassa sebagai alternatif energi listrik untuk menerangi pedesaan. Okehh,, tanpa berlama-lama langsung saja simak pembahasan dibawah ini.
    ================================================================================
    Biomassa adalah bahan bakar yang dapat diperbaharui dan secara umum berasal dari makhluk hidup (non-fosil) yang didalamnya tersimpan energi atau dalam definisi lain, biomassa merupakan keseluruhan materi yang berasal dari makhluk hidup, termasuk bahan organik yang hidup maupun yang mati, baik di atas permukaan tanah maupun yang ada di bawah permukaan tanah. Biomassa merupakan produk fotosintesa dimana energi yang diserap digunakan untuk mengkonversi karbon dioksida dengan air menjadi senyawa karbon, hidrogen, dan oksigen. Biomasa bersifat mudah didapatkan, ramah lingkungan dan terbarukan. Secara umum potensi energi biomassa berasal dari limbah tujuh komoditif yang berasal dari sektor kehutanan, perkebunan dan pertanian.

    Biomassa artinya bahan bakar yang dapat diperbaharui dan secara umum berasal dari makhluk hidup (non-fosil) yang didalamnya tersimpan energi. Lantas Bagaimana pembentukan dari biomassa itu sendiri, khususnya biogas?


    A. Pembentukan Biogas
    Pembentukan biogas relatif sederhana, prinsip dasarnya adalah memasukkan substrat berupa bahan organik seperti kotoran ternak atau limbah pertanian lainnya ke dalam tabung reaktor / digester yang anaerob. Subtract atau bahan bahan organik dalam tabung digester mengalami fermentasi yang dilakukan oleh bakteri anaerob sehingga menghasilkan biogas yang selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber energi. Gas yang dihasilkan selama proses fermentasi dalam digester sebagian besar berupa metana yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.
    Proses terbentuknya biogas dari material organik yang terkumpul pada digester (reaktor) diuraikan menjadi dua tahap dengan bantuan bakteri. Tahap pertama material orgranik didegradasi menjadi asam lemah oleh bakteri pembentuk asam. Bakteri tersebut menguraikan sampah pada tingkat hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana. Sedangkan asidifikasi yaitu pembentukan asam dari senyawa sederhana. Setelah material organik berubah menjadi asam asam, maka tahap kedua dari proses anaerobik digestion adalah pembentukan gas metana dengan bantuan bakteri pembentuk metana seperti methanococus, methanosarcina, methano bacterium. Perkembangan proses anaerobik digestion telah berhasil pada banyak aplikasi. Proses biologis pembentukan biogas dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap methanogenik.
    1. Tahap Hidrolisis
    2. Bahan Organik yang terdiri dari karbohidrat, lemak, protein yang terdapat pada material organik terhidrolisis. Materi organik kompleks dipecah oleh enzim extraseluler yang dihasilkan bakteri hidrolitik menjadi materi organik yang lebih sederhana. Produk yang dihasilkan larut di dalam air yang selanjutnya digunakan oleh bakteri pembentuk asam.
    3. Tahap Pembentukan Asam
    4. Molekul monomer glukosa yang merupakan hasil dari tahap hidrolisis difermentasikan dalam keadaan anaerob menjadi beberapa benuk asam dengan bantuan enzim yang diproduksi oleh bakteri pembentuk asam. Monomer glukosa yang terdiri dari 6 atom diubah menjadi molekul-molekul yang mempunyai atom karbon sedikit (bersifat asam) yaitu antara lain molekul asam asetat (CH3COOH) dan etanol (CH3CH2OH).
    5. Tahap Methanogenik
    6. Pada tahap methanogenik, asam-asam organik selanjutnya dirombak oleh bakteri Methanogen menjadi gas metana, karbondioksida dan beberapa gas dalam jumlah rendah. Beberapa referensi menyebutkan bahwa bakteri yang berperan dalam proses degradasi bahan organik secara anaerob, yaitu:
      1. Kelompok bakteri Fermentatif :Streptococoi, Bacterioides dan Enterobacterriaceae.
      2. Kelompok bakteri Asetogenik : Desulfovibrio.
      3. Kelompok bakteri Methanogenesis :Methanobacterium, Methanococcus.

      Apa itu Pembangkit Listrik Tenaga Biogas? Bagaimana Cara Kerjanya? Apa saja Komponen dari Pembangkit Listrik Tenaga Biogas?


      B. Pembangkitan Listrik Tenaga Biomassa
      Pembangkit listrik tenaga biomassa (PLT-Bio) adalah proses pembangkitan energi listrik dengan meanfaatkan bahan baku biomassa. Gas metana (CH4) merupakan sumber utama dari proses pembangkitan energi listrik ini.Melalui proses fermentasi anaerobic, biomassa yang digunakan di tampung dalam suatu wadah yang disebut dengan digester. Digester merupakan peralatan atau wadah untuk melakukan fermentasi anaerob terhadap biomassa yang ada agar mendapatkan biogas yang maksimal untuk dijadikan sumber energi. Dalam pembangunan digester beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
      1. Lingkungan Abiotis
      2. Digester harus tetap dijaga dalam keadaan abiotis (tanpa kontak langsung dengan Oksigen (O2)). Udara yang mengandung O2 yang memasuki digester menyebabkan penurunan produksi metana, karena bakteri berkembang pada kondisi yang tidak sepenuhnya anaerob.
      3. Temperatur
      4. Secara umum, ada 3 rentang temperatur yang disenangi oleh bakteri, yaitu:
        1. Psicrophilic (suhu 4–20oC). Biasanya untuk negara-negara subtropics atau beriklim dingin.
        2. Mesophilic (suhu 20–40oC).
        3. Thermophilic (suhu 40 – 60oC). Digunakan hanya untuk men-digesti material, bukan untuk menghasilkan biogas.
        Untuk negara tropis seperti Indonesia, digunakan unheated digester (digester tanpa pemanasan) untuk kondisi temperatur tanah 20–30oC.

      5. Kebutuhan Nutrisi
      6. Bakteri fermentasi membutuhkan beberapa bahan gizi tertentu dan sedikit logam. Kekurangan salah satu nutrisi atau bahan logam yang dibutuhkan dapat memperkecil proses produksi metana. Nutrisi yang diperlukan antara lain ammonia (NH3) sebagai sumber Nitrogen, nikel (Ni), tembaga (Cu), dan besi (Fe) dalam jumlah yang sedikit. Selain itu, fosfor dalam bentuk fosfat (PO4), magnesium (Mg) dan seng (Zn) dalam jumlah yang sedikit juga diperlukan. Tabel berikut adalah kebutuhan nutrisi bakteri fermentasi.

        bakteri, fermentasi, biomassa, biogas, nutrisi

      7. Kandungan Bahan Kering
      8. Tiap jenis bakteri memiliki nilai “kapasitas kebutuhan air” tersendiri. Bila kapasitasnya tepat, maka aktifitas bakteri juga akan optimal. Proses pembentukan biogas mencapai titik optimum apabila konsentrasi bahan kering terhadap air adalah 0,26 kg/l.
      9. Pengadukan
      10. Pengadukan dilakukan untuk mendapatkan campuran substrat yang homogen dengan ukuran partikel yang kecil. Pengadukan selama proses dekomposisi untuk mencegah terjadinya benda-benda mengapung pada permukaan cairan dan berfungsi mencampur methanogen dengan substrat. Pengadukan juga memberikan kondisi temperatur yang seragam dalam digester.
      11. Kandungan Zat Beracun (Toxic)
      12. Zat Racun (toxic). Beberapa zat racun yang dapat mengganggu kinerja digester antara lain air sabun, detergen, creolin. Berikut adalah tabel beberapa zat beracun yang mampu diterima oleh bakteri dalam digester.

        Racun, Zat Beracun, Sulfat, Toxic

      C. Jenis-jenis Digester
      1. Berdasarkan Konstruksinya
        1. Fixed Dome

        2. Fixed Dome, Digester, Biomassa, Biogas

          Digester ini memiliki volume tetap sehingga produksi gas akan meningkatkan tekanan dalam reaktor (digester). Karena itu, dalam konstruksi ini gas yang terbentuk akan segera dialirkan ke pengumpul gas di luar reaktor
        3. Foating Dome

        4. Floating Dome, Dgester, Biogas, Biomassa

          Pada tipe ini terdapat bagian pada konstruksi reaktor yang bisa bergerak untuk menyesuaikan dengan kenaikan tekanan reaktor. Pergerakan bagian reaktor ini juga menjadi tanda telah dimulainya produksi gas dalam reaktor biogas. Pada reaktor jenis ini, pengumpul gas berada dalam satu kesatuan dengan reaktor tersebut.
      2. Berdasarkan Arah Aliran Bahan Baku
        1. Bak (batch)
        2. Pada tipe ini, bahan baku reaktor ditempatkan di dalam wadah (ruang tertentu) dari awal hingga selesainya proses digesti. Umumnya digunakan pada tahap eksperimen untuk mengetahui potensimgas dari limbah organik
        3. Mengalir (Continous)
        4. Untuk tipe ini, aliran bahan baku masuk dan residu keluar pada selang waktu tertentu. Lama bahan baku selama dalam reaktor disebut waktu retensi hidrolik (hydraulic retention time/HRT)
      D. Komponen Utama Digester

      Digester, Biogas, Biomassa, Komponen Utama

      Berdasarkan gambar diatas suatu digester terdiri dari beberapa komponen utama yakni
      1. Saluran masuk slurry (kotoran segar)
      2. Saluran ini digunakan untuk memasukkan slurry (campuran kotoran ternak dan air) ke dalam reaktor utama. Pencampuran ini berfungsi untuk memaksimalkan potensi biogas, memudahkan pengaliran, serta menghindari terbentuknya endapan pada saluran masuk.
      3. Saluran Keluar Residu
      4. Saluran ini digunakan untuk mengeluarkan kotoran yang telah difermentasi oleh bakteri. Saluran ini bekerja berdasarkan prinsip kesetimbangan tekanan hidrostatik. Residu yang keluar pertama kali merupakan slurry masukan yang pertama setelah waktu retensi. Slurry yang keluar sangat baik untuk pupuk karena mengandung kadar nutrisi yang tinggi
      5. Katup Pengamanan Tekanan (Control valve)
      6. Katup pengaman ini digunakan sebagai pengatur tekanan gas dalam biodigester. Katup pengaman ini menggunakan prinsip pipa T. Bila tekanan gas dalam saluran gas lebih tinggi dari kolom air, maka gas akan keluar melalui pipa T, sehingga tekanan dalam biodigester akan turun.
      7. Sistem Pengaduk
      8. Pengadukan dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya, pengadukan mekanis, sirkulasi substrat biodigester, dan sirkulasi ulang produksi biogas ke atas biodigester menggunakan pompa. Pengadukan ini bertujuan untuk mengurangi pengendapan dan meningkatkan produktifitas digester karena kondisi substrat yang seragam.
      9. Saluran Gas
      10. Saluran gas ini disarankan terbuat dari bahan polimer untuk menghindari korosi. Untuk pembakaran gas pada tungku, pada ujung saluran pipa bisa disambung dengan pipa baja antikarat.
      11. Tangki Fermentasi
      12. Terdapat dua jenis tangki penyimpan gas, yaitu tangki bersatu dengan unit reaktor (floating dome) dan terpisah dengan reaktor (fixed dome). Untuk tangki terpisah, konstruksi dibuat khusus sehingga tidak bocor dan tekanan yang terdapat dalam tangki seragam, serta dilengkapi H2S removal untuk mencegah korosi.
      D. Generator Set (Genset)

      Genset, Generator, Geenrator Set

      Genset atau yang merupakan singkatan dari Generator Set ini adalah sebuah Perangkat yang mampu menghasilkan daya listrik. Genset ini merupakan seperangkat atau gabungan antara generator atau alternator dan engine yang dapat digunakan sebagai alat pembangkit listrik generator set terdiri atas mesin engine (motor penggerak) dan juga generator / alternator, seperti yang telah di jelaskan sebelumnya. Engine yang satu ini menggunakan bahan bakar berupa solar (mesin diesel) atau dapat juga menggunakan biogas, sedangkan untuk generatornya sendiri merupakan sebuah gulungan kawat yang di buat dari tembaga yang terdiri atas kumparan statis atau stator dan di lengkapi pula dengan kumparan berputar atau rotor. Dalam proses kerjanya, menurut ilmu fisika, engine memutar rotor dalam sebuah generator yang selanjutnya hal ini menimbulkan adanya medan magnet pada bagian kumparan generator. Selanjutnya medan magnet ini kemudian akan melakukan interaksi dengan rotor yang kemudian akan berputar dan akan menghasilkan sebuah arus listrik dimana hal ini sesuai dengan hukum lorentz.

      Okehh,, cukup untuk pembahasan kali ini akan dilanjutkan pada postingan berikutnya.....(Part 2)

      =============================================================================
       Catatan Editor :
                  Okeh, sekian materi dari editor semoga berguna bagi teman-teman semua dan jangan lupa share postingan ini keteman kalian. Tinggalkan Komentar pada kolom dibawah jika ada yang perlu ditanyakan. 
                  Untuk meambahkan emoji pada kolom komentar dapat mengetik "emot0, emot1, dll" tanpa tanda kutip. Untuk mengetahui jenis emot yang dipakai, tinggal arahkan kursor ke tepat list emoji diatas kolom komentar.  Terimakasih~
    Read more...